Monday, May 13, 2019

Inginnya Melahirkan Normal, Akhirnya Operasi Sesar


Tiba di bulan desember 2018, ketika bayi kami harus keluar menyapa dunia. Dokter kandungan kami memprediksi bahwa tanggal lahir bayi kami adalah sekitar tanggal 28 Desember 2018. Saya sangat beresyukur mendengarnya. Karena akhir desember merupakan hari-hari dimana anak sekolah libur, suamiku pun turut libur. Dengan perkiraan tanggal lahir tersebut, saya pun memutuskan untuk mengambil cuti dari bekerja sekitar 2 minggu sebelum tanggal lahiran yakni tanggal 17 Desember 2018 sehingga ada waktu untuk saya untuk berbelanja kebutuhan bayi dan mempersiapkan mental menyambut sang bayi.
Kami berencana untuk melahirkan anak kedua kami di Bandung di Bidan langganan kami. Dan semua anggota keluarga pun bisa diboyong ke Bandung karena sedang liburan sekolah. Bidan yang kami percaya ini punya banyak pengalaman dan sangat senior. Sekompleks apapun persoalan kandungan anda, bidan satu ini selalu berhasil mengeluarkan bayi dengan sehat dan selamat. Dia pun yang menangani kelahiran anak pertama saya dulu yang kata dokter diprediksi harus sesar karena ada dua lilitan di bahu nya. Namun akhirnya lahir normal tanpa operasi. Coba tebak siapa bidannya, kalau ingin tahu, japri saja ya!

Tentu saja meskipun ada niat proses lahiran ingin ditangani bidan, setiap bulan saya selalu konsultasi dengan dokter kandungan dan memantau perkembangan janin sampai 9 bulan. Memasuki minggu ke empat desember, anak pertama saya sudah libur, sang suami tercinta juga libur, tanggal 24 Desember kami memutuskan untuk liburan di bandung sekaligus melahirkan di sana. Namun sebelum pergi ke Bandung, kami pun pada tanggal 24 Desember tersebut ingin memeriksa janin untuk terakhir kalinya di Dokter Kandungan langganan kami. Kebetulan saat di konfirmasi si Dokter sedang praktek di RSIA Tambak. Meluncurlah kami ke sana.

Tiba-Tiba Air ketuban 60% Lagi, Padahal Tidak Bocor

Tak disangka saat periksa USG, Dokter mengatakan bahwa air ketuban dalam rahim saya tinggal 60% dan dokter mengatakan bahwa bayi harus keluar segera. Tak tanggung-tanggung, si dokter bilang, “Besok! bayi ini harus keluar”. Kaget sangat saya mendengarnya. Padahal selama ini saya tidak pernah merasa air ketuban ini bocor, atau menetes keluar. Saat diperiksa dokter pun mengiyakan bahwa tidak ada kebocoran terjadi. Dokter memprediksi air ketuban hilang 40% bisa jadi dikarenakan tali pusar saya yang sudah agak rusak karena kurang memberi cairan dan tidak bisa mempertahankan kandungan air ketuban di dalam Rahim.

Saya ingin Lahir Normal!

sambil diinduksi, foto-foto selfi biar happy
Saya ingin lahir normal tanpa operasi sesar. Dokter pun mengiyakan dan segera mengambil tindakan. Dia memasukan alat seperti balon di mulut vagina saya. Alat ini adalah induksi untuk melenturkan mulut Rahim agar merangsang pembukaan. Tepat pukul 3 sore hari, induksi balon ini dipasang dokter dan semalaman saya pakai. Namun keesokan harinya setelah diperiksa, ternyata balonnya lepas tidak menempel erat. Lalu setelah diperiksa, dokter pun memasang kembali dan memeriksanya setelah 4 jam. Namun tetap hasilnya masih pembukaan 2, tidak naik dari pemeriksaan terakhir. Kemudian menyarankan menggantinya dengan induksi infus dan dibiarkanlah aku ditempat tidur, kadang juga berjalan-jalan sambil membawa infusan.

Mules… mules itu datang. Alhamdulilah, saya tunggu sabar semoga mulesnya terus-menerus. Setelah 4 jam diperiksa ternyata baru ada kabar baik. Pembukaan pun naik menjadi pembukaan 4. Mules nya terus menerus terasa. Saya berbaring dan merasakan mules yang datang berkala, ½ jam sekali. Diperiksa bidan, dan pembukaan tetap di 4. Saya mulai was-was dan deg-degan. Mulesnya tambah berasa, 15 menit sekali. Diperiksa bidan, alhamdulilah, naik menjadi pembukaan 5. Lalu 10 menit sekali. Kemudian 5 menit sekali. Dokter datang. Saya pun diperiksa kembali. Pembukaan tetap di 5. Air ketuban pecah. Dokter menyarankan operasi sesar. Saya tidak mau. “Dok, saya akan berusaha keras agar normal. Biar saya usaha dulu. Tunggu sampai sejam.” Mules nya terus menjadi. Saya kesakitan juga bahagia semoga bayinya turun segera. Setengah jam berlalu.  Kepala bayi tidak turun-turun ke mulut Rahim. Satu jam berlalu. Bidan datang lagi bertanya, “Bu masih bertahan, lebih baik operasi saja bu.” Mules nya datang 2 menit sekali. Bidan periksa lagi. Tetap pembukaan 5. “beri waktu setengah jam lagi” kataku sambil mengedan kesakitan. Berharap kepala bayinya turun. 20 menit berlalu. Sudah terasa mulut Rahim semakin kering. Ketuban habis. Saya menyerah. Dan bidan segera membawaku ke ruang operasi.

Akhirnya Operasi Sesar, hanya 10 menit untuk mengeluarkan bayi

Deg-degan terus terusan. Belum pernah merasakan operasi sebelumnya. Dokter menyuntikku di bagian tulang belakang. Seperti digigit semut. Sedikit-sedikit setengah badanku kaku. Kebal. Tidak terasa apa-apa.  Dua dokter kemudian bersiap-siap. Membelah kulitku perlahan. Hanya butuh 10 menit. Tidak lama terdengan tangisan bayi kencang sekali, ‘ea..ea..ea..” alhamdulilah. Bayinya keluar, semua bagian tubuhnya lengkap. Tidak lama si Dokter menempelkan bayinya di dada saya. Terasa hangat. Saya hanya bisa memeluknya dan biarkan dia mengisap puting saya sejenak.

Setengah badan saya masih kaku. Si bayi diambil kembali untuk dibersihkan. Si dokter masih sibuk membersihkan bagian dalam perutku dan menjahit setiap lapisan di perut dan kulitku. Setelah itu saya dipindahkan dari ruang operasi dan dibiarkan tidur sampai 4 jam. Dari pengalaman inilah, saya baru menyadari bahwa proses operasi selalu sebentar. Cukup sekitar 15 menit untuk mengeluarkan bayi. Dan sekitar ½ s.d 1 jam untuk membersihkan perut dan menjahitnya kembali. Lalu 4 jam si ibu dibiarkan tidur di ruangan pemulihan, masih di dalam ruangan operasi.  

Welcome to the world, baby!

Baru lahir Ma..

periksa pendengaran


No comments:

Post a Comment